Senin, 04 Agustus 2014

Jangan sampai Ummat Islam berpecah..

                                                        

STOP PERPECAHAN UMAT..!!!
Sebelum melanjutkan membaca artikel ini, mari jernihkan pikiran, jauhkan su’udzon, kedepankan ukhuwah, kita kedepankan persatuan dan kesatuan sebagai saudara sebangsa dan setanah air, ada hal yang lebih penting yang perlu kita kedepankan dibandingkan saling suudzon, saling serang dengan komentar dan postingan, saling menghina dan menghujat yang akhirnya memecah belah umat mengoyak persatuan dan kesatuan. Masih banyak pekerjaan rumah kita untuk sama-sama membangun bangsa dan negara ini sesuai dengan bidang garapannya masing-masing. Mari kita jalin ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Basyariah dan Ukhuwah Wathoniah (Persaudaraan/Persatuan sebagai sesama Muslim, sebagai sesama manusia dan sebagai sesama satu bangsa). Jauhi Konflik Agama.
Negeri Indonesia tercinta kita ini memang unik, berbagai suku bangsa dan agama hidup berdampingan dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika (berbeda tapi tetap satu). Bhineka Tunggal Ika menjadi spirit pemersatu bangsa kita. Sikap saling menghormati (tasamuh) terhadap pemeluk agama dan suku lain menjadikan Indonesia dapat bersatu. Kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing sudah diatur dalam pasal 29 UUD 1945. Kebebasan berserikat dan berkumpul juga ada tercantum dalam UUD 1945 pasal 28.
Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Berbagai ormas Islam pun berkembang dengan baik di Indonesia, kita kenal Nahdlotul Ulama (NU), Muhammadiah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Persatuan Islam (Persis), Al Washliyah,Al Irsyad Al Islamiyah (Al-Irsyad), Wahdah Islamiyah, Front Pembela Islam (FPI), Hidayatulloh,Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami (Hasmi), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI),Majelis Az Zikra, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), dll.
Organisasi Masyarakat (ormas) di atas hanya merupakan wadah berserikat dan berkumpul. Pada dasarnya semuanya Islam. Tuhannya sama (Allah SWT), Nabinya sama (Nabi Muhammad SAW), ibadah hajinya sama (ke Baitullah), arah kiblatnya sama, Rukun Imannya sama, Rukun Islamnya sama, dst. Andaikan semua ormas di atas pada persepsi yang sama bahwa kita sama-sama muslim dan sama-sama merupakan bagian dari anak bangsa maka insyaAllah akan saling mendukung, akan saling menghormati, akan saling memperkuat. Bukan malah saling serang, saling hujat, mengatakan sesat kepada pihak lain, dst. Tidak ada satu ajaran agama pun yang mengajarkan untuk menghina pemeluk agama lain. Di dalam Islam di ajarkan berakhlaqul karimah, berbudi luhur baik kepada seisi rumah, kepada tetangga, dst. Rasulullah SAW sendiri mempraktekkan berbudi yang luhur, bahkan menanyakan orang yang setiap hari meludahinya karena suatu ketika kok tidak kelihatan batang hidungnya, beliau tidak membalas meludahi orang tersebut.
Ada tulisan menarik yang bisa kita renungi bahwa Surga Bukan Milik Organisasi Tertentu, namun milik Allah SWT. Allah lah yang membuat Surga dan Neraka dan Allah pula yang mempunyai otority/ kewenangan menentukan penghuni-penghuninya. Manusia hanya sekedar ikhtiar/berusaha dan berdoa karena Allah telah menunjukkan caranya, telah memberikan kisi-kisinya yang termua dalam kitab-Nya serta sunnah Rasul-Nya. Kewajiban kita adalah untuk menemukan dan mencari petunjuk yang sesuai trek (on the track) untuk mencapai Surga Allah tsb. Kalau kita sudah merasa mantap, tetapilah ajaran agama yang kita anut dengan sebaik-baiknya.
Menentukan mana ormas yang dipilih tentu adalah urusan hati, ibarat memilih minuman : mungkin ada yang senang minum orson, ada yang senang minum temulawak, ada yang senang minum sprite, coca cola, fanta, 7 up, kopi, jahe, air bening, susu, dll, asal jangan air ketuban aja deh..hehe.
Tentu masing-masing punya alasan dengan pilihannya. Untuk urusan agama yang dianut tentu orang sudah punya selera masing-masing, yang jelas yang utama adalah faktor hidayah yang tidak bisa dibeli di toko buku manapun.
Urusan hati memang tidak bisa dicampuri meskipun selalu ada perdebatan juga tidak akan menyelesaikan pertikaian. Jadi menjalankan yang diyakini lebih penting daripada mengganggu milik orang. Bukankah kita lebih baik hidup penuh kedamaian?.
Merujuk Ajakan Wakil Ketua Umum Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Prof. Dr. H. Dien Syamsuddin yang juga KetuaPP Muhammadiyah dalam pembukaan Rakernas MUI 2013 di Twin Plaza Hotel, Jakarta Barat, Jumat (13/9) malam, beliau mengatakan bahwa perlunya menggalang kekuatan dan kebersatuan yang utuh tanpa terpecah satu sama lain. Umat Islam harus bersatu. Pasti kita akan kokoh dan kuat. Syaratnya hanya satu yaitu kebersamaan dan kekompakan. Ini kata kunci dari semua itu, tegas Dien Syamsuddin. Seluruh kekuatan Ormas Islam harus membuat koalisi atas dasar taqwa, bukan koalisi basa basi. Untuk peningkatan kinerja, susun program unggulan dengan nilai dasar saling menolong atas kebaikan dan taqwa dan bukan dengan cara kebencian dan permusuhan. Persatuan dan kebersamaan, inilah syarat penanggulangan umat dan syarat kebangkitan Islam di Indonesia, demikian dikatakan Dien Syamsuddin.
Bukankah Islam itu tidak akan rusak karena pengaruh luar (eksternal) namun keroposnya Islam karena di dalam internal muslim tidak kompak dan tidak rukun. Islam banyak tapi seperti buih lautan, tidak rukun, cinta dunia/ terkalahkan oleh duniawi dan takut pada kematian (hubbuddunya wa karohiyatul maut).
Sejarah membuktikan kelemahan internal akibat perpecahan sesama umat Islammerupakan kunci keberhasilan Jenghiz Khan yang dengan mudah melemahkan kerajaan-kerajaan Islam itu sendiri dengan mengirimkan mata-mata yang bertugas mengadu domba pemimpin-pemimpin Islam untuk saling menyerang satu sama lain.
Permasalahan sepele berupa perbedaan pendapat ataupun mazhab yang seringkali menjadi pemisah ego masing-masing dan saling menganggap organisasinyalah yang paling benar. Padahal lebih diharamkan atas kita saling menjatuhkan satu sama lain tanpa alasan yang syar’i. Selama kita masih berada pada syariat Islam, maka tak ada hal yang perlu diperdebatkan, dan disinilah toleransi Islam yang sesungguhnya. Walaupun kita memiliki mazhab yang berbeda, selama masih di naungan syariat-Nya, maka yakinlah, tujuan kita tetap satu, dan hanya mengharap ridhaNya.
Nah, kembali ke tulisan di atas, bagaimana Islam kita akan kokoh dan kuat sementara sesama pemeluk Islam masih ada yang senang menghujat, saling serang, saling komentar negatif, merasa yang paling benar sendiri, menyesat-nyesatkan orang lain, dsb.
Melihat fenomena di dunia maya, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah salah satu ormas yang sering mendapat serangan hujatan (baca: fitnahan) dari orang-orang yang notabene adalah sesama umat muslim, tengok saja blognya voa-islam.com, nahimunkar.com, eramuslim.com, hidayatullah.com, arrahmah.com, islampos.com dsb rame-rame menjelek-jelekkan LDII, padahal mereka tidak mengerti betul LDII dan ajarannya (hanya sekedar tahu sedikit namun tidak mengerti betul). Yang menjadikan rujukan mereka adalah buku LPPI yang memang dari dulu sangat tendensius menyerang LDII dengan buku-bukunya yang sebetulnya tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah (bukan merupakan jurnal penelitian ilmiah). Kalau orang yang rasional dan objektif tentunya akan berfikir ribuan kali menjadikan buku kajian sepihak yang isinya menebar kebencian dan permusuhan sepihak (pantaskah dijadikan rujukan?). Bahkan sebetulnya buku-buku tersebut telah dilarang peredarannyaBerdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI No. 2312 K/Pid/2009 yang telah berkekuatan hukum tetap tentang Tindak Pidana Dimuka Umum Menyatakan Permusuhan terhadap LDII melalui buku / media cetak / media elektronik dll. Menetapkan barang bukti berupa 5 (lima) buku copy berjudul:
  1. CAPITA SELEKTA ALIRAN SEMPALAN DI INDONESIA
  2. BAHAYA ISLAM JAMAAH LEMKARI LDII
  3. KUPAS TUNTAS KESESATAN & KEBOHONGAN LDII
  4. SEBUAH ALIRAN SESAT KHAWARIJ GAYA BARU
  5. ALIRAN & PAHAM SESAT DI INDONESIA                                                                        
Ada pepatah : Tak Kenal Maka Tak Sayang
Siapakah LDII? Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Banyak orang yang sangat sedikit pengetahuan dan pemahaman terhadap Ormas LDII tapi ikut-ikutan menghujat dan menfitnah tanpa dasar. Ketika dikonfirmasi, jawabannya hanya katanya orang, orang itu juga katanya orang, dst. Hanya katanya orang…! katanya buku anu…! Dll.

Tobe continuet..The next story